cuma ingin berekreasi dengan pemikiran-pemikiran

Sabtu, 10 Juni 2017

Aku, pemikiranku, dan si penjajah jahat

Ditulis oleh fathi

“Negeri kita  negeri yang mahsyur, ndoro. Sejak dulu seluruh penduduk bumi tahu harta karun rempah-rempah telah ada di negeri kita. Lada berlimpah, cengkeh yang wanginya menggiurkan tiap penduduk bumi yang menghirupnya. Penduduk pulau hidup mahsyur dan damai. Tapi, kemahsyuran dan kedamaian pulau tidak berlangsung lama. Sejak tahun 1511 mulai bertebaran hidung – hidung mancung yang angkuh menguasai tanah kita, Portugis namanya. Tubuhnya tinggi menjulang. Badan tegap. Senjata mengerikan selalu mengitari punggungnya. Bengis. Tidak berhenti disitu, setelah mereka pergi, tanah kita kedatangan pedagang yang rupanya mirip seperti si hidung mancung, Belanda. Ratusan tahun lamanya orang-orang itu bertahan di tanah kita. Memperkerjakan rakyat tanpa ampun. Bapak kau dan mba-mu menjadi korbannya.” Itu cerita Mbah putri saat aku mengunjunginya beberapa bulan yang lalu di Demak.
Batavia, tempat tinggalku. Aku tumbuh di lingkungan yang keras di pangkuan ibuku seorang. Kata ibu, bapakku seorang pekerja keras, Jalan Anyer-Panarukan adalah jasa bapak. Tapi kini, aku tidak tahu keberadaan bapak, entah bersama ribuan pekerja yang masih bekerja atau yang sudah tertutup tanah. Mbak-ku, ia begitu menyedihkan. Kata tetangga, ia dijadikan wanita penghibur tentara. Aku tak tahu apakah itu benar atau tidak, setiap kali aku bertanya pada ibuku, ia selalu menangis. Itu sebabnya, ibuku sangat membenci Belanda.
Tepat di tahun 1942, aku melihat senyuman tipis ibuku yang sudah lama tidak kulihat.Benar, ini karena kepergian si pedagang bengis. Sumringah sekali ibuku bercerita tentang kekalahan Belanda di Perang Dunia kedua. Dengan mudah, ibuku mendukung si penakluk Belanda, Jepang.
Setahun yang lalu, saat mereka mendarat di Batavia, pada awalnya membawa gemuruh dan keresahan hati bagi siapapun yang mendengarnya. Kami yakin  mereka punya niat yang sama dengan pedagang bengis itu, tidak lain tidak bukan hanya untuk merauk kekayaan alam pulau kami tanpa sopan santun. Rasa bersalah semakin menjadi-jadi saat gerakan jawa hokokai dan masyumi diselenggarakan. Gerakan yang menanamkan nilai nilai agama pada setiap penduduk yang turut bergabung.
Setiap datangnya hari baru, raut wajah ibuku semakin membaik, “Cahaya dari timur telah datang, Danu. Kemerdekaan sudah didepan mata.”
Dengan dorongan yang kuat dari ibu dan gadis itu , aku bertekad memasuki organisasi bentukan Jepang, PETA. Akan selalu kuingat.Sejak  Oktober 1943 aku adalah Pembela Tanah Air. Rasa takut tidak ada lagi pada diriku. Bagiku melaksanakan perintah adalah kehormatan no.1, meski pada akhirnya ada darah yang tertumpah, ada hati yang terluka aku tetap berdiri pada pendirianku. Melaksanakan perintah dari seseorang yang kuhormati. Tentara Jepang pun mempercayaiku, menyebutku  tentara terbaik, aku bangga dengan hal itu.
Kau tahu? Aku pernah menyukai seorang gadis. Ia Cantik dan pandai . Seorang kutu buku. Jarang sekali pemuda meliriknya karena kacamatanya cukup tebal. Tak tahu, jika gadis ini membuka kacamatanya, kecantikannya terpancar bak ratu di negeri paman sam. Dahulu ia teman diskusiku, kami selalu berbicara tentang kemerdekaan, nasib bangsa dan penjelajahan. Tapi kini tak lagi begitu, dihatiku timbul perasaan orang dewasa, cinta.
Bagaimana dengannya? Dia juga begitu padaku. Sempat ku pergoki dia mencuri-curi pandang. Melirik padaku sambil tersenyum. Benar, kami saling mencintai.
Namanya Dwi. Sebelum aku masuk PETA, kami sering bertemu. Bertanya kabar lantas memulai membahas buku atau berdiskusi tentang pembicaraan orangtua semalam. Kami berdua selalu menguping pembicaraan tokoh-tokoh besar di balai kota, berdiskusi bersama. Kami jadi berpikir kritis, memulai mengambil kesimpulan dari beragam cara pandang. Ah, ini  sangat menyenangkan. Dia Dwi, gadis yang berhasil mengisi hatiku yang kosong.
Kami memutuskan untuk memperjuangkan kemerdekaan ini, mengambil peran sebisa kami. Di tahun 1943 sejak pembentukan PETA di bulan oktober dan pembentukan Fujinkai di bulan Agustus, kami sama sama memutuskan untuk bergabung, tepat di bulan Oktober. Dwi bergabung dengan Fujinkai dan aku bergabung dengan PETA.
Kami jadi jarang sekali bertemu, paling sesekali sebulan. Bertemu, untuk menyusun kembali rencana kemerdekaan bangsa ini. Dwi dan aku menjadi orang berpengaruh disana. Aktif berpendapat, bertindak dan mempengaruhi orang lain. Kami lihai berbuat. Kami butuh kemerdekaan. Rasa ini membunuh kami. Kami pun jadi berjuang sepenuh jiwa dan raga kami.
Ini sudah bulan ketiga aku tidak bertemu dengan Dwi, karena kami menunda untuk bertemu, kami sibuk berorganisasi. Tapi tidak masalah, ini demi bangsa yang sudah kami rindukan kemerdekaannya.
Sebulan terakhir di akhir tahun, aku mendapat kabar buruk. Ini benar benar buruk. Kejadian ini mengubah segalanya, mengubah hidupku, mengubah pikiran dan otakku. Dwi-ku telah pergi- meninggalkanku. Aku baru merasakan rasa sakit seperti ini,  sakit sekali. Sampai aku tidak mengerti lagi bagaimana caranya menangis. Kepergiannya membuatku berfikir panjang, berfikir seribu kali lebih keras. Apa yang terjadi padanya?!
Sebal, tidak ada satupun dari temannya yang mau bercerita padaku, semua temannya bungkam. Bilang, mungkin ini waktunya. Mana mungkin begitu? Aku paham sekali Dwi gadis yang kuat. Aku melihat di matanya yang cantik ada bekas biru,  kakinya patah, jarinya pun tidak lagi berjumlah 5. Ini aneh. Sakit sekali hatiku melihatnya begitu.
Setelah lelah mengorek informasi dari sahabatnya yang tidak  menjawab pertanyaanku. Aku jadi liar. Aku mulai mencurigai si cahaya timur. Bertanya pada orang orang yang kupercayai dan kukenal. Tetap saja hasilnya nihil. Menggeleng tidak tahu dan memintaku bersabar. Aku tidak menyerah -
Sampai suatu hari, teman baik Dwi datang padaku dengan takut - takut, namanya Ayu. Dwi sering bercerita padaku tentang sahabatnya itu.
 "Dwi-mu itu Danu, dia hebat sekali, beruntung aku punya sahabat macam dia. Maaf kemarin saya tak jawab pertanyaanmu, yaa danu tau toh saya sedih kemaren, tak kuat nahan. Jadi saya ya nangis. Danu, sebenarnya Dwi-mu itu... , kasihan sekali. Dia korban dari tentara sipit (berbisik) -"
Tepat. Ini tepat seperti dugaanku. Aku tahu pasti, mereka punya tujuan lain. Kata Dwi, Fujinkai adalah salah satu bentukan tentara sipit untuk melibatkan wanita dalam proses kemerdekaan. Agustus 1943 organisasi ini berdiri. Sejak awal Dwi semangat sekali mendengar organisasi itu, jiwa pejuang melekat pada dirinya. Ia benar benar ingin terlibat dalam kemerdekaan bangsa ini. Tapi ekspektasi tidak selaras dengan realita. Itu semua hanya tipuan. Dwiku hampir dipermainkan oleh tentara jepang saat mengobati salah satu serdadu jepang yang terluka saat berlatih. Dia berhasil melarikan diri dan memberi tahu pada semua orang akan hal itu. Serdadu Jepang tidak suka. Dwiku dibunuh. Pembunuhan Dwi membuat teman temannya bungkam.Takut.
Apa sebenarnya mau mereka? Dari awal, aku merasa ada sesuatu yang ganjil. Kadang membuatku bingung dan ragu akan kemerdekaan bangsa. Memang benar, kami diperbolehkan berbahasa Indonesia. Juga benar, Jepang membolehkan pengibaran bendera Indonesia. Aku juga tidak menyangkal, Jepang membebaskan menyanyikan lagu kebangsaan. Tapi semua ini tidak berjalan semudah itu. Pengibaran bendera Indonesia dilakukan setelah pengibaran bendera Nippon. Lagu kebangsaan dinyanyikan setelah lagu kebangsaan Jepang.  Apa maksudnya ini ? Benarkah mereka cahaya dari timur ?
Keganjilan makin saja terlihat. Pemberlakuan Romusha di tahun 1942, memperkerjakan ribuan penduduk pulau, diberi upah cukup untuk makan sehari dan membayar sewa tempat tinggal. Apa untungnya? Sama saja rasanya dengan tidak bekerja !
Terlebih lagi, mereka meminta penduduk pulau memberi semangat pada mereka sebelum mereka bekerja, memberi pidato setiap hari bahwa Romusha adalah salah satu cara agar penduduk pulau  yang tidak bisa bertempur di medan perang turut serta  membantu bangsa  untuk memenuhi kebutuhan perang nanti. Ah, ini buruk sekali. Isi kepalaku mulai berputar tak karuan. Pikiran buruk menyerang. Akan ku ceritakan keraguan ini pada ibuku.
“Danu ! Jangan sia – siakan otakmu itu  untuk memikirkan hal-hal bodoh. Bukalah mata hatimu dengan lebar, sekarang tidak ada lagi kerja paksa yang mengerikan, mereka telah membawa pergi bangsa mancung yang sudah sangat kubenci. Apalagi yang perlu dikhawatirkan, sekarang ?"


"Ibu-" suaraku terputus, aku mengerti caranya menangis sekarang. Rasa sakit akan kepergian gadisku  tak bisa aku ceritakan pada ibuku. Aku hanya bisa berteriak dalam hati.
Ibuku adalah wanita yang paling ku kagumi di dunia ini. Tidak ada lagi. Wanita paling cerdas, tangkas dan kuat sedunia. Namun kali ini , aku tidak sependapat dengannya.
Entah aku saja yang menyadarinya, tapi kupikir bangsa ini semakin buruk. Kesengsaraan terjadi dimana-dimana. Penduduk pulau tidak sadar akan hal itu. Selalu meng-iyakan. Membenarkan. Gerakan 3A benar-benar berhasil mencuri hati setiap penduduk pulau. Padahal, jelas sekali kebijakan pemerintahan fasisme Jepang sangat sistematis dan terencana, merekrut tiap wanita dari penduduk pulau sebagai “budak seks” tentara Jepang (Ianfu) juga perekrutan paksa penduduk pulau sebagai tenaga kerja (Romusha), maupun perekrutan paksa sebagai wajib militer (Heiho).
Apa artinya ini? Ini sama saja seperti bangsa mancung yang ibu benci. Bedanya, mereka bergerak dengan topeng tebal dan begitu picik. Bodohnya aku sempat percaya pada mereka. Dasar topeng tebal !
Berada di organisasi bentukan tentara sipit benar benar menyakitkan. Rasanya ingin kupotong jari mereka, kupatahkan kakinya dan tanganku gatal sekali ingin memukul matanya hingga biru. Tapi aku tidak suka bergerak kotor, aku lebih suka bergerak rapi. Menyusun rencana dibelakang. Menusuk dari sisi yang tidak terlihat. Benar, aku juga bertopeng dihadapan mereka. Akan kupastikan topeng yang kupakai jauh lebih tebal. –
Di tanggal 1 Maret 1945, Jepang membentuk dewan untuk mempersiapkan kemerdekaan,  BPUPKI atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Busuk sekali, ini bukan ketulusan hati Jepang yang ingin memerdekakan bangsa kami, tapi karena pemerintahan Jepang sedang terancam oleh sekutu. Kondisinya lemah. Mereka membutuhkan pasukan lebih banyak, maka dari itu mereka menjanjikan kemrdekaan dengan membentuk BPUPKI, mengupayakan agar penduduk pulau semakin percaya pada Jepang, lantas membantu Jepang dengan tulus.
Pemerintah pimpinan penduduk Jepang yang mengumumkan pembentukan BPUPKI , Jendral Kumakici Harada. Begitu mendengarnya aku tertawa dalam hati, ‘Akan kupastikan topengku lebih tebal !’. Aku turut berperan. Setiap hari aku selalu mendampingi Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, ketua BPUPKI. Mengawal perjalanannya.  Mengawasi setap gerak gerik ganjil. Memberitahu untuk waspada. Tidak hanya itu, aku juga menyimak setiap perbincangan. Menyimpulkan.
Aku jadi sering berbincang bersama dua tokoh  pemikir bangsa, Wikana dan B.M Diah. Mereka begitu mengagumkan, kami bertemu saat aku sedang diberi tugas mengawal. Kami jadi sering berdiskusi tentang nasib bangsa. Ini menarik.
Tanggal 28 Maret 1945. Upacara peresmian BPUPKI. Sangat sakral, dihadiri oleh 67 anggota BPUPKI dan dua tokoh pembesar Jepang yaitu Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Wilayah ke-7 yang bermarkas di Singapura dan membawahi tentara-tentara yang bertugas di Indonesia) dan Panglima tentara ke-16 yaitu Letnan Jenderal Nagano. Aku masih mendampingi dan mengawal.
Esoknya, sidang berlangsung . Membicarakan tentang dasar negera. Dipimpin oleh Dr. K.R.T Radjiman Wedyoningrat dengan dua wakilnya R.P Suroso dan Ichibangase. Ramai. 67 tokoh pemikir terlibat dan dengan semangat mengungkapkan pendapatnya. Moh. Yamin, Soepomo dan Soekarno juga hadir untuk menyampaikan ide-ide untuk kemerdekaan bangsa. Setiap hari begitu.
Pagi itu 1 juni 1945 aku pergi ke gedung Chu Sung In, pejambon Jakarta. Aku diundang untuk ikut serta dalam sidang  BPUPKI, sang pimpinan naik ke atas panggung untuk memberi sambutan. Ialah seseorang yang aku kawali seharian.
Kini giliran Ir.Soekarno naik ke atas panggung untuk memberi pidato . Ia berujar lantang .
 “Paduka tuan ketua, timbulah pertanyaan. Apakah dasar kita untuk mendirikan Negara Indonesia merdeka? Apakah nasionalis-sosialismen? Atau historis-kah ? materialism ? Marsisme-kah ? Kita ingin buat Negara semua untuk semua bukan untuk satu orang bukan untuk satu golongan. Tapi untuk semua. Ialah Negara kebangsaan Indonesia.”
Dalam benakku timbul pernyataan, betapa semangatnya mereka untuk memproklamirkan  ideologi  mereka. Berfikir keras demi merdekanya bangsa ini, bangsa Indonesia.
Hari ini adalah hari keputusan sidang. Sidang BPUPKI berakhir pada hari ini. Hasilnya adalah dasar Negara Indonesia. Hal yang mendasari undang undang yang akan berlaku di Indonesia nanti, Pancasila.
Keputusan ini belum sempurna, masih ada yang perlu disempurnakan. Tepat tanggal 22 Juni 1945 dibentuklah Panitia Sembilan. Ir.Soekarno, Achmad Soebardjo, Ahmad Kahar Mudzakir, Alex Andries Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Mochammad Hatta, Abdul Wahid Hasyim, Agus Salim, dan Mochammad Yamin terlibat didalamnya. Merumuskan asas dan tujuan negara Indonesia merdeka.
Ada yang menarik dari perumusan ini, aku mengenal sosok luar biasa. Awalnya membuatku berfikir ganjil, namun akhirnya penyataannya menggenapkan fikiranku. Ki Bagus Hadikusomo namanya, sosok termahsyur Muhammadiyah. Baginya syariat Islam adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Ia gigih memperjuangkan pendapatnya berlandaskan firman yang mulia. Entah apa yang merasuki fikiranku, aku selalu setuju dengan pendapatnya.
Sempat kupergoki  beliau bersama ulama yang lain  menentang keras budaya Saikirei yang dipaksakan Jepang, yaitu membungkukkan badan ke arah Istana Diraja Tenno Heika di timur laut sebagi simbol penghormatan kepada Kaisar Jepang yang dianggap keturunan dewa matahari.
Saat perumusan berlangsung beliau mengemukakan agar negara Indonesia berlandaskan Islam, dipandu Qur’an dan Hadits, agar menjadi negara yang tegak, teguh, kuat dan kokoh. Tutur katanya sangat mudah diterima hatiku. Syahdu dan menenangkan, menggenapkan segalanya.
Sampai – sampai  Pak Karno menyebut namanya sepuluh kali dalam pidatonya beberapa hari yang lalu. Kata tokoh yang kukawal seharian, Ki Bagus Hadikusumolah yang gigih berdebat dengan Pak Karno, mengubah sila ketuhanan yang asalnya ditaruh di posisi kelima mejadi pertama. Bahkan membuat Pak Karno menangis tersedu- sedu, karena pemahamannya berlandaskan firman yang agung lagi mulia. Siapa yang tidak tersentuh ?
Kemerdekaan kini bukan omong kosong lagi. Bukan harapan palsu. Bukan juga cita-cita yang tidak bisa dicapai.




Syahdu, haru, ketentraman hati, semua rasa itu tumbuh saat kudengar Pak Karno membacakan teks proklamasi. Tak kuasa ku menahan tangis atas keberhasilan para pejuang negeri yang gigih membela melawan penjajahan juga atas cita – cita ku yang terpenuhi.
Ki Bagus Hadikusumo sering kali menekankan bahwa kemerdekaan ini adalah izin Allah, saat bergantung padaNya hal yang mustahil akan terjadi jua. Bukan karena pejuang yang berlandaskan kemerdekaan dirinya di dunia ini, tapi karena pejuang yang berjuang bersama Allah, supaya Allah mengizinkan kemerdekaan negeri ini.
Aku Danu. Si busur dari panah terkuat  yang  Ki Bagus Hadikusumo ceritakan. Mulai saat ini, aku tidak pernah gentar karena yakin Allah-lah yang paling Kuasa. Aku tidak gentar bukan karena tubuhku yang besar dan kekuatan ku yang mumpuni,  melainkan karena Rabbku yang menguatkanku dan yang menguasaiku.
Aku takkan pernah gentar selama Rabbku bersamaku. Kini dan nanti, aku adalah pejuang yang gigih mempertahankan syariat Islam di negeri ini, menjadi harga matiku atas sejuta pemberian Rabbku yang satu.
Aku Danu, takkan gentar melawan.


Tulisan dari _fathi_


Senin, 03 April 2017

Mengenal Sosok H.O.S Tjokroaminoto: Penggerak dari Semua Pergerakan



H.O.S Tjokroaminoto lahir di Ponorogo, JawaTimur 18 Agustus 1882 (ada yang menulis beliau lahir 20 Mei 1882. Tepat pada waktu Gunung Krakatau meletus). Ia merupakan anak kedua dari dua belas bersaudara putra dari Raden Mas Tjokoamiseno, seorang Wedono (pembantu pimpinan wilayah Daerah Tingkat II kabupaten) di Kleco, Madiun dan cucu R.M Adipati Tjokronegoro bupati Ponorogo. De Ongekroode Van Java (Raja Jawa tanpa mahkota) seperti itulah kaum Kompeni Belanda menyebutnya. Pergerakkannya dalam membela kaum pribumi saat itu benar-benar menempatkannya menjadi seorang tokoh yang dihormati. Bersama istrinya, Suharsikin yang merupakan anakbupati Ponorogo, mereka mendirikan indekost di rumahnya di gang Paneleh VII, Surabaya, dan melalui rumah inilah Tjokroaminoto menyalurkan pemikirannya dalam agama maupun politik yang akhirnya menjadi cikal bakal pembentukan tokoh–tokoh penting di Indonesia. Tercatat Soekarno, Alimin, Muso, Semaoen dan Kartosuwiryo para penggerak rakyat menuju kemerdekaan, besar di rumah ini. Soekarno dan Muso kala itu bersekolah di HBS, Semaoen dan Alimin bekerja di ISDV, dan Kartosuwiryo bersekolah di NIAS. Tjokroaminoto memberikan pandangan tentang arti kemerdekaan dari penjajahan sesama manusia, penyetaraan derajat, pentingnya persatuan rakyat, dan perlunya zelfbestur (pemerintahan sendiri) dalam berkehidupan (Amelz, 1952). Di meja makan seluruh penghuni rumah kerap mendiskusikan nasib bangsa, hal ini menunjukan Tjokroaminoto memaksimalkan setiap moment di rumah ini walau harus membagi waktu  antara kesibukan dengan keluarga, mengurusi industry batik bersama istrinya, dan juga pengajaran pada murid-murid di indekost. Dengan kata lain Tjokroaminoto memainkan banyak peran secara berssamaan. Kala itu ia sudah dikenal sebagai seorang yang radikal dan dianggap sederajat dengan pihak manapun baik Belanda ataupun pejabat lainnya. Ia berkeinginan karakternya dapat dimiliki oleh setiap kawan sebangsanya, terutama dalam bersosialisasi dengan orang asing.
Ketika ia sedang berada di Solo ia didatangi oleh delegasi Sarekat Dagang Islam-Solo untuk bergabung bersama organisasi tersebut dan Tjokroaminoto menyatakan kesiapannya untuk bergabung karena ia merasa sejalan dengan garis perjuangan kemerdekaan yang ia canangkan. Pada awalnya SDI  Samanhudi yang berdiri pada 1905 hanya berorientasi pada agama dan ekonomi,  barulah ketika Tjokroaminoto masuk organisasi tersebut,tepatnya 10 September 1912 ia mengusulkan agar SDI berubah menjadi SI.Hal ini bertujuan agar organisasi tersebut bisa memiliki cakupan yang lebih luas dan berorientasi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan agama, dengan tanpa meninggalkan misi dagangnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan bergabungnya rakyat pribumi non-pedagang pada organisasi tersebut untuk bersama menegakan keadilan di bumi Imdonesia.
Prestasi pertama Tjokroaminoto ketika ia berhasil menyelenggarakan vergadering (pertemuan) SI pertama pada 13 Januari 1913 di Surabaya, kala itu ia menjabat sebagai ketua cabang Surabaya. Berdasarkan hasil kongres tersebut ia dinobatkan menjadi wakil ketua mendampingi H Samanhudi. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat bagus mengingat ia baru masuk ke dalam organisasi SI pada tahun 1912. Pada kongres SI kedua tanggal 19-20 April 1914 ia diangkat menjadi CSI (ketua umum SI), sedangkan H Samanhudi menjadi ketua kehormatan. Tjokroaminoto ditugaskan untuk membentuk anggaran dasar organisai tersebut. Pada masa kepemimpinannya SI berkembang menjadi organisasi nasional yang sangat pesat dan tercatat pada 1919 anggota SI mencapai 2.500.000 anggota. Pada 1913, SI mengajukan agar diakui sebagai badan hukum yang bersifat nasional, namun hal tersebut ditolak oleh pemerintah Belanda dan hanya mengakui SI yang bersifat kedaerahan.Pada tahun 1916 Tjokroaminoto mengajukan pembentukan parlemen yang dipilih oleh rakyat. Menanggapi hal tersebut pemerintah Belanda membetuk Dewan Rakyat (Volksraad). Tjokroaminto dan tokoh SI lainnya seperti Abdul Muis dan Agus Salim terpilih sebagai anggota Dewan itu.Namun karena hal tersebut dirasa tidak berpengaruh pada cita-citanya untuk mencapai pemerintahan sendiri (zelfbesture) dan cenderung kooperatif dengan pihak Belanda ia pun keluar dari dewan tersebut.
Pada tahun 1920 Tjokroaminoto dimasukkan kedalam penjara karena dinilai pergerakkannya membahayakan pemerintahan Belanda selama 7 bulan, kemudian ia dibebaskan dengan syarat bergabung lagi dengan Volksraad. Di Volksraad ia menunjukkan keberaniannya dengan menentang segala putusan yang merugikan rakyat pribumi.
Tjokroaminoto juga banyak menulis di berbagai majalah dan surat kabar. Salah satunya surat kabar Otoesan Hindia  yang merupakan surat kabar resmi SI, sekaligus sebagai pemilik usaha percetakan Setia Oesaha di Surabaya. Tulisan-tulisan tersebut sangat tajam mengecam pemerintah belanda, karena itulah pada 1923 harian tersebut dilarang terbit. Namun 2 tahun  kemudian bersama Kartosuwiryo, Tjokroaminoto menerbitkan Fadjar Asia. Selain itu ia juga kerap menulis buku salah satunya ialah Islam dan sosialisme (1924), Tarich Islam (1931) dan masih banyak karya lainnya. Pekerjaan lain yang dijalankannya adalah sebagai pengacara. Tjokroaminoto dikenal cerdas dan terampil di meja hijau. Dia seringkali membela anggota-anggota SI yang dituduh melanggar hukum dan Dia senantiasa menunjukan wataknya yang siap membela sesama.
Pada tahun 1929 SI berubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia dengan maksud menentang pemerintah Belanda yang semakin menancapkan Kapitalisme dan Kolonialisme di Indonesia. Dampaknya banyak anggota PSII yang dijebloskan ke penjara dan diasingkan ke Digul, Irian Jaya. Selain itu pegawai negeri dilarang menjadi anggota PSII. Selama karirnya di SI, penulis menilai Tjokro memaksimalkan perannya sebagai ketua dengan melakukan banyak perubahan positif, yang menunjukan jiwa agent of chance timbul dalam dirinya.
Meski rintangan terjadi di PSII, tetapi pribadi Tjokro tetap kokoh, dan terus bekerja keras, sehingga membuatnya sering jatuh sakit. Pada Kongres PSII ke-20 di Banjarmasin menjadi kongres terakhir baginya, sejak saat itu Tjokro sakit-sakitan, namun tetap memaksakan mengurus PSII yang sedang gemuruh karena tekanan dari pemerintah Belanda. Penyakit liver yang dideritanya semakin parah dan pada 17 Desember 1934 , Tjokroaminoto wafat di Yogyakarta dan dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta. Berdasarkan SK Presiden No.590 tahun 1961, pada tanggal 9 November 1961, pemerintah Republik Indonesia menganugerahi H.O.S.Tjokroaminoto sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesa.
Setelah kematiannya para murid H.O.S Tjokroaminoto memiliki banyak pengikut dan menyatakan kemerdekaannya masing-masing. Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Kartosuwiryo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949 dan Muso memproklamirkan berdirinya Negara Soviet Indonesia pada 18 September 1948 dan akhirnya saling berseteru. Perbedaan ideologi para muridnya menunjukan adanya perbedaan tafsir dari para muridnya. Andai mereka bisa saling bekerjasama dengan mengesampingkan egonya masing-masing tentu akan lebih baik jadinya.
Terlepas dari ideologi yang dimiliki para murid-murinya, Tjokroaminoto berhasil menanamkan jiwa-jiwa merdeka, yaitu kesetaraan derajat, pentingnya persatuan untuk perubahan, dan terciptanya masyarakat yang religius dan berkeadilan.

Sumber:

·         Amelz. 1952.  H.O.S. Tjokroaminoto Hidup dan perdjuangannja. Jakarta; Bulan Bintang

·         Jamil, Rasuli. 2011. Manhaj Bernegara dalam Haji (Kajian Sirah Nabawi di Indonesia). Tanggerang; Media Madania

Kamis, 09 Maret 2017

Hukum adalah permainan untuk menjaga kekuasaan

Hukum adalah sebuah ketetapan yang menjelaskan tentang norma dan sangsi di suatu tempat. Hokum juga memiliki sifat yang memaksa yang mewajibkan semua orang untuk taat terhadap suatu norma dan apabila tidak menaati nya maka akan mendapatkan sangsi. Contoh nya di sekolah menengah atas, yang mewajibkan seluruh siswa nya untuk hadir di sekolah pukul 07.00 . Dan jika ada siswa yang hadir lebih dari pukul 07.00 maka akan mendapatkan sangsi yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Belakangan ini kita telah mendengar kasus korupsi pengadaan E-KTP yang dilakukan oleh pejabat-pejabat negara. Mengapa demikian? Mengapa mereka begitu berani sekali memakan uang yang bukan hak mereka? Apakah hokum yang berlaku di negara ini tidak mengatur tentang kasus tindak pidana korupsi? Atau mungkin sangsi yang diberikan kepada pelaku tipikor ini tidak sepadan dengan pelanggaran norma yang mereka lakukan? Tentu saja tidak, karena di dalam uu kenegaraan telah diatur nilai-nilai dan norma-norma yang mesti kita jadikan sebagai pijakan dalam melakukan sesuatu. Tetapi, jika kita lihat kebelakang kasus korupsi bukan pertama kali terjadi di negeri ini. Bahkan, pelaku-pelaku yang sudah lama berada dipenjara pun tidak menutup kemungkinan akan melakukan tindakan korupsi setelah mereka keluar dari penjara. Lalu, apa yang salah dari sistem di negara ini? Boleh jadi karena sangsi yang diberikan tidak sepadan dengan norma-norma yang mereka langgar. Saya selalu teringat sajak yang berjudul Sajak Salsu karya Agus R. Sarjono yang berbunyi:
Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di  akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka  menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu
. 1998
Dari sajak palsu diatas kita bisa melihat betapa mirisnya negeri ini yang sejak dini telah dikenalkan tentang kepalsuan-kepalsuan dan perbuatan-perbuatan kotor yang seharusnya kita hindari malah kita selami. Betapa sulitnya kita keluar dari zona kepalsuan ini karena telah menjadi budaya masyarakat yang mengakar. Karena jika akar nya saja sudah kotor kita tidak bisa mengharapkan buah yang bersih atau masyarakat yang bersih. Perilaku tipikor ini pun seolah-olah menciderai butir-butir Pancasila dari butir pertama hingga butir kelima. Tipikor ini juga seolah-olah menghilangkan keyakinan terhadap tuhan, karena orang yang percaya adanya tuhan pasti akan takut berbuat sewenang-wenang. Lantas, hokum apakah yang seharusnya diterapkan di negeri ini? Mungkin potong tangan bisa menjadi salah satu opsi untuk dijadikan sangsi terhadap para koruptor yang dimana akan membuat jera dan takut kepada para pelaku dan calon-calon koruptor.


Selasa, 28 Februari 2017

Sisi lain dari manusia



Manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki akal untuk berpikir dan memiliki hati untuk menentukan dan manusia adalah suatu makhluk yang diciptakan oleh alloh untuk beribadah kepada alloh. Sebagaimana dijelaskan di QS: adh-dhariat:56 “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada ku” dari ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia itu diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada alloh swt. Dan ibadah disini ibadah yang seperti apa? Atau kah hanya sebatas sahadat,solat , zakat , puasa , haji? Tentu saja tidak! Karena islam itu luas dan bukan sekedar kepercayaan biasa dan islam itu bukan sekedar agama. Islam itu adalah sebuah din dan pengertian dari din ini adalah suatu system atau suatu tatanan kepemimpinan. Mengapa begitu? Mari kita lihat sejarah para rosul-rosul alloh yang berperang dijalan alloh untuk mendapat kan keridhoan nya dengan menjadi kan bumi ini sebagai kerajaan alloh di bumi. Karena alloh juga telah berfirman di QS: al baqarah:30 yang dimana ayat ini menjelaskan tentang alloh menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Apa itu khalifah? Khalifah itu adalah pengganti atau wakil , maksud dari alloh menjadikan manusia sebagai wakil alloh di muka bumi adalah sebagai wakil alloh dimuka bumi yang nantinya akan merawat bumi ini berdasarkan hokum-hukum alloh dan agar terciptanya suatu kesejahteraan yang hakiki karena logika nya seluruh alam beserta isinya diciptakan oleh alloh dan diaturnya pun harus berdasarkan hokum alloh dan sebaik-baik dan sebenar-benarnya hokum alloh itu adalah alquran dan jika ada hokum selain alquran adalah hokum yang diterapkan oleh system syirik dan syirik itu adalah dosa yang sangat besar dan tidak akan diampuni oleh karena itu pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menerapkan hokum alloh di muka bumi. Sebagaimana yang dijelaskan di QS: al ahzab:72 bahwa manusia telah memikul amanat dari alloh yang sebelumnya alloh menawarkan kepada langit dan gunung. amanat yang dimaksudkan itu adalah mengurus dan merawat bumi, dengan cara apa kita mengurus bumi? Yang pasti berpatokan kepada alqur’an dan sunnah rosul. Belakangan ini kita dihebohkan dengan kasus penistaan al qur’an yang katanya menistikan QS: al maidah: 51 yang didalamnya tentang janganlah memilih pemimpin dari golongan orang yahudi dan nasrani. Banyak juga yang terkecoh dengan ayat ini padahal jika kita melihat ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang hokum alloh lebih baik daripada hokum jahilyah. Menurut saya , kasus ini terlalu berlarut-larut sehingga banyak orang yang termakan oleh opini kebanyakan orang. jika kita memakai logika berfikir tentang pemilihan pemimpin di Indonesia kita harus melihat wadah dalam pemilihan ini apakah memakai hokum islam? ataukah sebaliknya? Tentu ini yang harus menjadi dasar berfikir masyarakat Indonesia. Karena pemimpin islam untuk pemerintahan islam dan sebaliknya. Karena pemerintahan islam hanya mengharapkan keridhoan alloh di dunia maupun di akherat. Karena akar yang baik akan manghasilkan buah yang baik pula dan jika alquran menjadi dasar di Negara ini maka akan menghasilkan masyarakat yang Harmoni.

Mari Radikal

          Istilah radikal saat ini telah disimpangkan menjadi kata yang sangat negatif padahal jika kita lihat dari kamus kbbi sendiri Kata radikal berasal dari kata radix yang dalam bahasa Latin artinya akar. Dalam kamus, kata radikal memiliki arti: mendasar (sampai pada hal yang prinsip), sikap politik amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan), maju dalam berpikir dan bertindak (KBBI, ed-4, cet.I, 2008). Dari pengertian kbbi sendiri kita bisa mengetahui radikal adalah kata yang berkonotasi positif karena dengan pemikiran radikal lah sukarno dapat melaksanakan cita-cita kemerdekaan di negeri indonesia.
Belakangan ini kita sering di hebohkan dengan kata-kata radikal bahkan pemerintah saat ini ingin melakukan suatu terobosan untuk menghilangkan pemikiran-pemikiran radikal. Mungkin, Karena saat ini  banyak nya kasus terorisme yang terjadi di indonesia. Tetapi bisa kita bayangkan jika di negeri ini tidak ada orang-orang yang radikal. Pasti lah generasi-generasi muda indonesia hanya bisa menjadi budak dari zaman modern yang hanya mengikuti arus zaman tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan. Seperti terombang-ambing dalam kebingungan yang nyata.
Jika kita berkaca pada tahun-tahun perjuangan bangsa ini. Kita bisa melihat murid dari guru bangsa H.O.S Tjokroaninoto seperti sukarno, muso, dan kartosuwiryo yang ketiga nya meniliki pemikiran yang sangat berbeda dan bertolak belakang tetapi mereka bertiga adalah orang-orang yang radikal yang menpunyai visi yang revolutioner karena ingin menciptakan suatu lembaga yang merdeka dan melepas dari perbudakan dan penjajahan oleh bangsa asing. Masing-masing dari mereka ingin menciptakan lembaga yang merdeka sesuai dengan ideologi yang mereka miliki. Sukarno dengan nasionalisme nya , muso dengan sosialis-komunis nya , dan kartosuwiryo dengan islam nya.
Jika mereka tidak radikal mungkin mereka tidak akan menpertahankan prinsip nya. Bahkan pada saat penembakan muso dan eksekusi kartosuwiryo mereka berdua wafat dengan memegang prinsip nya. Sulit dijelaskan memang  mereka berdua rela mati demi terciptanya prinsip yang mereka cita-citakan. Muso tertembak mati pada saat dia melarikan diri ke ponorogo oleh pasukan yang sedang bberpatroli pada tanggal 31 september 1948. Begitu juga kartosuwiryo yang di eksekusi mati di pulau ubi karena tertangkap oleh pasukan siliwangi di gunung geber oleh operasi pagar betis. Nasib sukarno berbeda dengan kedua sahabat nya. Sukarno yang sampai saat ini dijuluki pahlawan kemerdekaan dan kedaulatan negara republik Indonesia masih terasa sampai sekarang.
Dari ketiga tokoh diatas kita melihat ada persamaan yaitu mereka sama-sama memegang kuat prinsip yang diyakini nya. Dengan kata lain mereka semua adalah tokoh yang radikal yang menginginkan tercapainya cita-cita mereka.

Sabtu, 25 Februari 2017

pemberontakan PKI 1948


           Pascakemerdekaan Republik Indonesia, kondisi sosial, ekonomi, dan politik Indonesia belum sepenuhnya stabil. Sebagai negara yang ingin diakui kedaulatannya, Indonesia memerlukan pengakuan secara de jure, artinya pengakuan dari negara-negara internasional bahwa Indonesia memang pantas dan sah menentukan nasib negaranya sendiri. Beberapa negara telah mengakui kedaulatan Indonesia. Namun, Belanda yang telah menjajah Indonesia beratus-ratus tahun merasa bahwa Indonesia masih ada di bawah kekuasaannya.
Setahun setelah memproklamasikan diri, Indonesia yang masih menata tatanan peemrintahannya harus menerima kedatangan sekutu yang ternyata memboncengi tentara Belanda di belakangnya. Sekutu mengikutsertakan tentara Belanda dalam operasi pembersihan tentara Jepang yang masih berada di Indonesia. Operasi pembersihan ini ternyata hanya alasan yang digunakan sekutu untuk membantu Belanda memasuki Indonesia. Pemerintah dan rakyat yang menyadari hal ini kemudian melakukan penentangan terhadap aktivitas Sekutu dan Belanda. Perlawanan pun terjadi. Belanda melancarkan agresi militernya yang pertama. Dengan kesadaran dan kekuatan rakyat Indonesia yang bersatu mempertahankan kemerdekaan, akhirnya Belanda berhasil dipukul mundur. Setelah perang fisik, untuk mengambil jalan keluarnya dilakukanlah perundingan atau perjanjian antara Belanda dan Indonesia.
Perjanjian Renville menjadi perjanjian kedua antara Indonesia dan Belanda. Setelah sebelumnya ada perjanjian linggarjati yang diwakili oleh sutan sjahrir. Pada 17 Januari 1948 Indonesia dan Belanda mengadakan sebuah perjanjian di atas kapal perang Amerika Serikat, USS Renville. Dalam perjanjian Renville, perwakilan dari pihak Indonesia adalah Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Hasil perjanjian Renville lebih banyak menempatkan Indonesia pada posisi yang dirugikan. Kerugian pertama yaitu adanya penyempitan kekuasaan wilayah Indonesia yang semakin memperlemah posisi Indonesia karena secara geografis wilayah Indonesia terkurung oleh kekuasaan Belanda. Kerugian kedua adalah hancurnya sektor perekonomian di mana saat itu aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia di blokade oleh Belanda. Kerugian ketiga adalah munculnya konflik internal antara Amir Syariffuddin dan kelompok yang kontra terhadap hasil perjanjian Renville, di mana kelompok ini didominasi oleh Partai Nasional Indonesia dan Masyumi.
Melihat kondisi internal pemerintah Indonesia, selain adanya pro-kontra atas hasil Perjanjian Renville, juga ada ketidakstabilan tatanan pemerintahannya di mana jabatan kabinet yang diganti selama dua tahun berturut-turut menghambat dan menghalangi proyek jangka panjang kabinet terpilih untuk menstabilkan negara. Amir Syariffuddin yang telah menjadi Perdana Mentri Indonesia sejak 3 Juli 1947 lengser dari jabatannya pada 29 Januari 1948 setelah mendapat mosi tidak percaya dari Masyumi dan golongan Nasionalis. Dengan mundurnya Amir Sjarifuddin, maka Kabinet Amir pun dibubarkan diganti dengan kabinet Muhammad Hatta.
Amir Sjarifudin kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948. FDR ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dan PKI. Sementara itu Mohammad Hatta mengajak Masyumi, PNI, dan sayap kiri untuk bergabung dan bersama-sama membangun kabinet koalisi dengan proporsi wakil yang seimbang. Dalam perundingannya, sayap kiri tidak menolak tawaran untuk terlibat dengan kabinet koalisi Hatta. Namun, sayap kiri menginginkan kedudukan yang lebih strategis dan lebih dominan dengan mengajukan pengaturan penempatan kedudukan bagi wakil-wakilnya
Setelah kepulangan Muso dari Moskow pada 11 Agustus 1948, Amir pun semakin dekat dengan Muso. Bersatulah kekuatan FDR dengan PKI di bawah Amir Sjarifuddin dan Muso. Muso dengan paham komunisnya yang dibawa dari Rusia mulai menyebar isu dan memprovokatori masyarakat bahwa hukum pemerintahan yang ada tidak adil dan lebih cenderung pada Islam, padahal Indonesia adalah negara Bhineka Tunggal Eka. PKI mengakui bahwa PKI beserta sekutu-sekutunya adalah yang paling benar. Rakyat dan tentara sering dihasut untuk melawan pemerintahan Soekarno-Hatta dan menyatakan bahwa PKI adalah pembela rakyat kecil. Segala usaha dilakukan untuk menjatuhkan pemerintahan yang ada dan Kabinet Hatta yang sah.
Upaya penghasutan ini tidak lain untuk membuat rakyat kecil pro pada PKI dan memunculkan citra pemerintah yang tidak bisa menciptakan kestabilan negara. Dalam pergerakan yang dilakukannya, PKI selalu dihalangi oleh Masyumi yang menjadi musuh besarnya. PKI yang memegang paham komunisme memang sangat sensitif dengan umat Islam dan juga unsur-unsur Islam yang ada di Indonesia. PKI menganggap kehadiran Masyumi hanya menghalangi usahanya untuk menguasai Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Banyak sekali pergesekan yang dialami oleh PKI selain dengan pemerintah Indonesia yang menjadi target utama gerakannya, juga dengan Masyumi yang selalu menghalangi usaha pergerakan PKI dalam menguasai Indonesia. Berangkat dari kondisi Indonesia yang belum stabil sepenuhnya dan adanya pergesekan tersebut, maka akhirnya meletuslah pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948.
Adapun alasan dipilihnya Madiun oleh Muso sebagai wilayah awal dan pusat pemberontakan karena letak geografis kota Madiun yang jauh dari ibu kota. PKI menganggap Madiun kurang mendapat perhatian dari pemerintah di ibukota yang sedang disibukkan oleh gencatan senjata Belanda. Dengan demikian PKI bisa dengan mudah memporak-porandakan sistem pemerintahan daerah Madiun dan menguasai
daerah tersebut.

          Madiun Affairs ini dimulai pada pukul 03.00 WIB tanggal 18 September 1948 setelah terdengar tembakan pistol tiga kali, sebagai tanda dimulainya gerakan nonparlementer oleh kesatuan komunis yang disusul dengan gerakan pelucutan senjata. Kemudian, kesatuan PKI menduduki tempat-tempat penting di kota Madiun, seperti kantor pos, gedung bank, kantor telepon, dan kantor polisi. Setelah itu, gerakan berlanjut dengan penguasaan kantor radio RRI dan gelora pemuda sebagai alat bagi mereka untuk mengumumkan ke seluruh negeri tentang penguasaan kota Madiun yang akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan akan mendirikan negara Soviet Republik Indonesia serta pembentukan pemerintahan Front Nasional .
Masih di tanggal 18 September 1948, tokoh-tokoh PKI menyatakan tentang berdirinya Soviet Republik Indonesia yang bertujuan untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan komunis. Yang menarik adalah ketika Soviet Republik diprolamirkan, Amir Sjarifuddin dan Muso yang selanjutnya diusung sebagai presiden dan wakil presiden malah berada diluar Madiun. Proklamasi ini sendiri oleh Supardi, tokoh FDR dari Pesindo dengan diiringi pengibaran bendera merah di balai kota. Dengan ini, Madiun dan sekitarnya resmi dinyatakan sebagai daerah yang terbebaskan. Bersamaan dengan itu, dimulailah pemberontakan PKI Madiun yang kemudian dikenal dengan sebutan Madiun Affairs.
Kesatuan-kesatuan yang dipersiapkan untuk melakukan pemberontakan tersebut antara lain: kesatuan yang dipimpin oleh Sumartono (Pesindo), pasukan Divisi VI Jawa Timur di bawah pimpinan Kolonel Djokosujono dan Letkol. Dahlan yang waktu itu panglima divisinya ialah kol. Sungkono, juga dari sebagian Divisi Penembahan Senopati yang dipimpin oleh Letkol. Suadi dan Letkol. Sujoto.
Dalam gerakan ini, kesatuan PKI telah melakukan pembunuhan terhadap dua orang pegawai pemerintah dan menangkap empat orang militer. Perebutan kekuasaan ini berjalan lancar. Kemudian, mereka mengibarkan bendera merah di balai kota. Pasukan-pasukan komunis yang dipimpin oleh Semarsono, Dahlan, dan Djokosujono dengan cepat telah menguasai seluruh kota Madiun. Karena, sebagian besar tentara di kota itu tidak mengadakan perlawanan. Di samping itu, pertahanan kota Madiun sebelumnya praktis sudah dikuasai oleh pasukan brigade 29.121. Perebutan kekuasaaan tersebut pada jam 07.00 telah berhasil sepenuhnya menguasai Madiun.
Tindakan-tindakan yang dilakukan kaum pemberotak tersebut terlalu anarkis, seperti menangkap para pejabat pemerintah, perwira TNI, pemimpin partai, alim ulama yang mereka anggap musuh untuk dibunuh secara besar-besaran. Bahkan, banyak diantaranya yang dimasukan ke dalam sumur dan dijadikan kuburan massal.
Pada awal konflik Madiun, pemerintah Belanda berpura-pura menawarkan bantuan untuk menumpas pemberontakan tersebut. Namun, tawaran itu jelas ditolak oleh pemerintah Republik Indonesia. Pimpinan militer Indonesia bahkan memperhitungkan, Belanda akan segera memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan serangan total terhadap kekuatan bersenjata Republik Indonesia. Memang, kelompok kiri termasuk Amir Sjarifuddin Harahap, tengah membangun kekuatan untuk menghadapi pemerintah RI yang dituduh telah cenderung berpihak kepada AS. Pada 19 September 1948, presiden Soekarno yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih Muso-Amir Sjarifuddin atau Soekarno-Hatta. Setelah pidato yang menuntut rakyat harus memilih salah satu dari dua kubu ini (pemerintah yang diwakili Soekarno-Hatta atau pemberontak yang diwakili Muso-Amir), maka pecahlah konflik bersenjata, yang dinamakan pemberontakan Madiun.
Pemberontakan PKI di Madiun mendorong pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan tindakan tegas. Presiden Soekarno memusatkan seluruh kekuasaan Negara di tangannya. Ketika terdengar berita bahwa di Madiun telah terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh PKI Muso, maka dengan segera pemerintah mengadakan siding kabinet lengkap pada tanggal 19 September 1948 yang diketuai langsung oleh Presiden Soekarno. Hasil sidang tersebut mengambil keputusan antara lain:
Bahwa peristiwa madiun yang digerakan oleh FDR/PKI adalah suatu pemberontakan terhadap pemerintah dan mengadakan instruksi kepada alat-alat Negara dan angkatan perang untuk memulihkan keamanan Negara Republik Indonesia.
Memberikan kuasa penuh kepada Jenderal Sudirman untuk melaksanakan tugas pemulihan keamanan dan ketertiban kepada keadaan biasa di Madiun dan daerah-daerah lainnya.
Setelah presiden memberi perintah kepada angkatan perang untuk segera mengembalikan keamanan, maka dengan segera diadakan penangkapan terhadap orang-orang yang membahayakan Negara dan diadakan penggrebekan tempat-tempat yang dianggap perlu. Supaya dapat melaksanakan tugas dengan baik, Markas Besar Angkatan Perang segera menetapkan dan mengangkat kol. Sungkono, Panglima Divisi VI Jawa Timur, sebagai Panglima Pertahanan Jawa Timur yang mendapat tugas menggerakan pasukan dari arah timur Keresidenan Madiun untuk menumpas pemberontakan PKI Muso dan mengamankan kembali seluruh Jawa Timur dari anasir pemberontak. Setelah mendapat perinah tersebut, kol. Sungkono segera memerintahkan Brigade Surachmand untuk bergerak menuju Madiun. Pasukan tersebut dipimpin oleh Mayor Jonosewojo yang terdiri atas batalion Sabirin Muchtar bergerak menuju Trenggalek terus ke Ponorogo. Batalion Gabungan pimpinan  Mayor Sabaruddin bergerak melalui Sawahan menuju Dungus dan Madiun. Batalion Sunarjadi bergerak melalui Tawangmangu, Sarangan, Plaosan. Bergerak pula Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Letkol. Sadikin.
Untuk tugas operasi ini, Divisi Siliwangi mengerahkan kekuatan 8 batalion, yaitu batalion Achmad Wiranatakusumah, battalion Lukas yang menggantikan battalion Umar, battalion Daeng, battalion Nasuhi, battalion Kusno Utomo, Letkol. Kusno memegang dua battalion dan menjabat sebagai kepala staf Brigade, battalion Sambas, battalion A. Kosasih, battalion Kemal Idris. Di samping itu juga, pasukan panembahan Senopati yang dipimpin oleh Letkol. Slamet Riyadi, Pasukan Tentara Pelajar yang dipimpin oleh Mayor Achmadi, dan pasukan-pasukan dari Banyumas yang dipimpin oleh mayor Surono.
Battalion Kemal Idris dan battalion A. Kosasih yang didatangkan dari Yogyakarta bergerak ke utara menuju Pati. Batalion Daeng bergerak ke utara dengan tujuan Cepu, Blora. Battalion Nasuhi dan battalion Achmad Wiranatakusumah bergerak ke selatan dengan tujuan Wonogiri dan Pacitan. Battalion Darsono dan battalion Lukas bergerak ke madiun. Sedangkan pasukan Panembahan Senopati bergerak ke utara. Pasukan Tentara Pelajar yang dipimpin  Mayor Achmad bergerak ke timur menuju Madiun melalui Sarangan.
Muso yang melarikan diri ke daerah Ponorogo tertembak mati pada tanggal 31 Oktober 1948 oleh Brigade S yang  dipimpin oleh kapten Sunandar, sewaktu melakukan patrol. Sedangkan pada tanggal 20 November 1948, pasukan Amir menuju Tambakromo, sebelah timur Kayen sebelah selatan Pati. Mereka terdiri dari kurang lebih 500 orang, ada yang beserta keluarga mereka. Keadaan mereka sangata menyedihkan. Banyak di antara mereka yang ingin melarikan diri, tetapi rakyat selalu siap menangkap mereka. Banyak mayat pemberontak ditemukan karena sakit atau kelaparan. Akhirnya, Amir menyerahkan diri bersama pasukannya pada tanggal 29 November 1948, saat mereka menyebrangi sungai Lusi menuju ke desa Klambu, antara Klampok dan Bringin (7 km dari Purwodadi). Pasukan TNI menggunakan taktik menggiring ke titik buntu yang mematikan. Taktik ini ternyata berhasil. Karena, pasukan pemberontak terjepit di daerah rawa-rawa. Mereka dikepung oleh kesatuan-kesatuan TNI. Di sinilah Amir menyerahkan diri beserta pasukannya.
Gerakan operasi militer yang dilancarkan oleh pasukan yang taat kepada pemerintah RI berjalan dengan sangat singkat. Dalam 12 hari, Madiun dapat dikuasai kembali, tepatnya pada tanggal 30 September 1948 jam 16.15. setelah Madiun dapat direbut kembali oleh pasukan-pasukan TNI, maka jam 17.30 sore, keamanan telah terjamin kembali dan tiap-tiap rumah telah berkibar bendera merah putih. Namun, pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah sehingga tidak dapat segera ditangkap. Baru pada akhir bulan November 1948, seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Muso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Mr. Amir Sjarifuddin Harahap, mantan perdana menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948 atas perintah Kol. Gatot Subroto.
Dampak Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948
Kemerdekaan Indonesia yang baru berjalan selama tiga tahun akhirnya dikacaukan dengan peristiwa 18 September 1948 yang dilakukan oleh kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI). Kemerdekaan yang seharusnya diisi dengan pembangunan bangsa, justru dikacaukan oleh sekelompok orang yang tidak memahami arti kemerdekaan. Kepentingan pribadi dan kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan nasional. Paham komunisme tumbuh pada jiwa orang-orang PKI, sedangkan rakyat, khususnya buruh dan tani, tidak paham berpolitik. Mereka mengikuti aktivis PKI hanya karena ikut-ikutan, dan bukan karena pemahaman yang baik mengenai komunisme. Pecahnya peristiwa pemberontakan yang didalangi PKI di Madiun pada tahun 1948 dengan pendirian sebuah pemerintahan sementara Front Nasional Daerah Madiun, memicu berbagai perubahan kondisi geopolitik Republik Indonesa hingga perubahan dalam kehidupan masyarakat Madiun sebagai dampaknya. Pemberontakan PKI di Madiun menyebabkan keresahan warga akibat pemberontakan yang berlangsung selama 11 hari dan pada tanggal 18 September 1948, FDR dan PKI memproklamasikan berdirinya Negara Soviet Republik Indonesia di kota Madiun.. Apalagi ketika saat itu Indonesia masih dalam masa kerugian dikarenakan akibat dari perjanjian renville yang membuat menyempitnya wilayah Indonesia dan semakin melemahnya posisi Indonesia akibat terkurung oleh Belanda dan kerugian dari ekonominya adalah ketika saat itu Perekonomian Indonesia semakin lemah karena diblokade oleh Belanda, dan kerugian akibat konflik antara Amir Syarifuddin dan kelompok kontra hasil perjanjian Renville Yang didominasi oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi. Akhirnya Amir Syarifuddin lengser pada bulan Januari 1948.

Ketika tentara Republik Indonesia masuk ke Madiun, Muso dan pemimpin-pemimpin pemberontak lain sudah meninggalkan kota Madiun. Kantor telepon telah disabotase oleh pemberontak dengan menggunakan trekoom, hingga memutuskan komunikasi lewat jaringan telepon yang menyulitkan masyarakat Madiun untuk menikmati komunikasi jarak jauh menggunakan telepon. Perginya Amir, Muso dan kawan-kawannya dari Madiun, membawa senjata, bahan makanan, sejumlah besar emas, candu dan obat-obatan. Direbutnya kota Madiun oleh pemberontak, memberi mereka kesempatan untuk memindahkan alat-alat perang dan persediaan bahan makanan ke daerah pegunungan tempat mereka bertahan. Radio Gelora Pemuda yang sejak hari Rabu sudah tidak lagi mengudara juga ikut dibawa, dan sebagian besar dari percetakan Negara serta percetakan Muda juga diangkut. Akibat penguasaan fasilitas percetakan oleh pemberontak, uang RI pecahan ratusan tidak dapat diedarkan hingga membawa dampak ekonomi berupa melambatnya peredaran uang RI yang baru, tidak hanya bagi masyarakat Madiun tapi juga terjadi di daerah-daerah lainnya.
Selama terjadi gejolak pemberontakan di Madiun dan kampanye perlawanan terhadap pemberontakan PKI oleh pemerintah RI, menjadikan Madiun sebagai lahan perang saudara yang mengakibatkan aktivitas perekonomian Madiun stagnan.
Berhasilnya pemberantasan pemberontak PKI dari Madiun menjadi sebuah kemenangan bagi mereka yang terlibat, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan operasi pemulihan. Demikian pula bagi para pemerhati baik di dalam maupun luar negeri, mereka sepertinya juga mulai percaya bahwa sebuah pemberontakan komunis dalam skala besar kini telah berhasil ditundukkan, prestise pemerintahan Hatta benar-benar terdongkrak terutama di mata Amerika Serikat. Etnis Tionghoa sama sekali tidak menjadi sasaran korban penjarahan, pembakaran maupun pembunuhan. Baik ketika sejumlah daerah dan kota itu diduduki pasukan pemberontak, maupun ketika daerah dan kota-kota tersebut direbut kembali oleh pasukan pemerintah RI. Nyaris tidak ada laporan mengenai hal-hal negatif yang menimpa etnis Tionghoa selama berlangsungnya peristiwa di Madiun tersebut.
Selama pemberontakan berlangsung, terjadi penculikan lalu dibunuh secara sadis yang dilakukan oleh pemberontak terhadap pejabat-pejabat pemerintah, para tokoh ulama beserta santrinya, masyarakat setempat, para tokoh pemimpin dari Masyumi maupun PNI, jenderal-jenderal seperti jenderal Kolonel Sutarto dan Dr. Moewardi, maupun tawanan-tawanan pemberontak dari berbagai kalangan termasuk tawanan dari kalangan perwira TNI seperti Letnan Kolonel  Marhadi, Letnan Kolonel Wijono, Letnal Kolonel Sumantri, dan Mayor Rukmito Hedraningrat.
Soe Hok Gie dalam bukunya Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan Kisah Pemberontakan Madiun September 1948 menyatakan bahwa terungkapnya pembunuhan-pembunuhan terhadap tawanan-tawanan tersebut menimbulkan rasa jijik dari pihak-pihak anti komunis.
Untuk mengenang dan sebagai bentuk penghormatan bagi mereka yang kehilangan nyawa dan orang-orang tersayangnya dalam peristiwa pemberontakan Madiun tahun 1948, dibangun sebuah Monumen Peristiwa Madiun yang diresmikan pada 10 Juni 1991 yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Di kawasan monumen dahulunya adalah rumah-rumah yang dijadikan sebagai tempat pembunuhan ratusan orang yang dilakukan oleh PKI. Selain itu korban dari Peristiwa Madiun ini tidak hanya masyarakat biasa dan pegawai pemerintahan tetapi juga beberapa ulama dan pimpinan pesantren di sekitar Magetan dan Madiun yang jadi korban kebiadaban PKI, dalam peristiwa ini banyaknyak orang yang ditangkap sekitar 35.000 dan yang tewas sebanyak 8.000 jiwa.
Keadaan pemerintahan setelah terjadinya Peristiwa Madiun segera dipulihkan kembali. Mayor Sukawati diangkat menjadi Komandan Militer di Madiun, dan Sudarso menjadi Residen di Madiun. Berkas-berkas dan arsip-arsip yang sebagian telah dibawa oleh Muso dan kawan-kawan mulai didaftar dan ditata kembali. Pemerintah memberikan himbauan kepada masyarakat bahwa barang siapa yang menyimpan harta benda pemerintahan atau masyarakat sendiri wajib melaporkan kepada pemerintah Madiun dan menyimpannya baik-baik sampai dilakukan pengumpulan dan pendataan barang-barang milik pemerintah. Masyarakat yang terlibat langsung dan berperan aktif dalam peristiwa Madiun diadili secara langsung dengan menembak mati mereka, ketika diadakan pembersihan hingga pelosok desa di Madiun. Tetapi ada juga yang melarikan diri ke daerah-daerah lain, mereka menghindari pembersihan yang dilakukan oleh pemerintah dan ada pula yang ditangkap kemudian dipenjarakan ataupun diasingkan. Pasukan pemerintah selama operasinya di berbagai tempat, telah melakukan pembunuhan-pembunuhan kejam dan tanpa protes terhadap orang-orang awam yang disangka atau didakwa sebagai orang Komunis atau simpatisannya. Di berbagai tempat beberapa orang yang disangka Komunis diikat tangan dan lehernya secara beruntun dengan tali, lalu ditembak bersama di liang kuburnya yang sudah tersedia. Dengan maksud mengintimidasi dan menakuti rakyat, Dr. Wiroreno Sekretaris Comite Partai Pati dan ketua Pemerintah Fron Nasional Pati, ditembak mati oleh pasukan Siliwangi di bawah pohon beringin di tengah-tengah alun-alun kota Pati dan juga pemimpin pergerakan PKI Madiun ini yang bernama Muso tewas didalam suatu pertempuran kecil yang pelurunya itu bersangkar dikepalanya yan dilakukan oleh polisi militer.
Operasi yang dilakukan oleh pemerintah dimaksudkan untuk melikuidasi pasukan Kiri dan PKI diberbagai daerah di Jawa.
Peristiwa pemberontakan Madiun merupakan suatu tragedi besar, bukan hanya karena menelan banyak korban jiwa, tetapi juga karena warisan kebencian yang ditinggalkan antara Kiri dan Kanan, antara Santri dan Abangan. Di Madiun terdapat dua golongan besar masyarakat Islam, yaitu sebagian Abangan (masyarakat yang memeluk Islam tetapi belum sepenuhnya menjalankan syariat Islam) dan yang Islam Santri. Ketika terjadi Peristiwa Madiun Partai yang beraliran Kiri seperti FDR, Sosialis, Pesindo membaur dengan Abangan sedangkan pasukan pemerintah mengadakan kerjasama dengan masyarakat santri, yang kebanyakan dari mereka tidak menyukai aksi dari kaum kiri dan Abangan yang tidak berperikemanusiaan.
Setelah operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat Madiun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, namun mereka lebih memilih diam dan tidak banyak yang bercerita tentang Peristiwa Madiun. Masyarakat Madiun umumnya cenderung tertutup jika ditanya apa yang terjadi pada waktu itu. Masyarakat Madiun yang menyaksikan kepedihan masa pemberontakan Madiun, khawatir jika trauma dan rasa takut dari masyarakat akan berdampak pada kehidupannya sendiri dan anak cucu mereka. Sehingga sebagian masyarakat enggan untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Akibat sabotase-sabotase yang dilancarkan oleh PKI terhadap infrastruktur pemerintah di Madiun berupa jembatan dan rel kereta api yang menghubungkan Wonosari dan Purwodadi, jembatan antara Ngawi, Ngale dan Madiun, mengakibatkan jalur transportasi terganggu untuk pendistribusian hasil pertanian. Saat itu, diseluruh Jawa Timur terdapat jembatan besar dan kecil sebanyak 5.500 diantaranya 500 buah yang rusak karena pemberontakan di Madiun dan juga banyaknya kantor dan markas yang rusak akibat dikuasai oleh pki seperti kantor-kantor pemerintah, bank, kantor telepon, markas Corps Polisi Militer CPM, Sub-Teritorial Comando STC, Markas Staf Pertahanan Djawa Timur SPDT, dan kantor polisi.
. Kerusakan yang besar ini ada di daerah Renville sedangkan di daerah yang dulu disebut Negara Jawa Timur tidak begitu besar. Jembatan yang besar terdapat di atas Kali Madiun, Solo, Brantas dan lainnya yang merupakan jembatan penguhubung yang menggerakan roda perekonomian. Di rusaknya infrastruktur-infrastruktur negara jelas mempersempit jalur transportasi ke Madiun sehingga mempersulit suplai dari luar Madiun masuk, permintaan akan barang tinggi namun jumlah barang yang dipasok sedikit sehingga melambungkan harga barang-barang di Madiun.
Baru setelah keadaan Madiun sudah dinyatakan aman oleh pemerintah dan telah sepenuhnya dikuasai pemerintah RI, aktivitas perekonomian masyarakat Madiun, seperti jual-beli kembali berjalan. Orang dewasa sudah kembali bekerja di kantor-kantor pemerintahan, pabrik-pabrik, melakukan kegiatan perdangangan, kegiatan belajar mengajar kemali digelar, petani mulai kembali bekerja menggarap sawahnya yang terlantar akibat situasi yang tidak aman ketika terjadi tembak-menembak antara tentara RI dengan pemberontak PKI dalam kampanye pemerintah menggulingkan Front Nasional Daerah Madiun.
Akibat kerusakan infrastruktur dan pengambil alihan fasilitas yang mendukung kegiatan ekonomi, berdampak pada melambatnya kegiatan ekonomi di Madiun dimana harga barang-barang cenderung tinggi dan tidak stabil. Menghadapi situasi tersebut, pemerintah RI kemudian menerbitkan Peraturan Pemerintah 1948 No. 54 tentang Penetapan Harga Barang-barang di seluruh Karesidenan, Daerah Istimewa dan Kota di seluruh RI. Upaya demikian diterapkan untuk menghindari kenaikan harga-harga barang berupa kebutuhan pokok dan lain-lain di Madiun dan daerah sekitarnya maupun di daerah lain di wilayah RI, setelah terjadinya pemberontakan Madiun.
Barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, padi, gaplek, gula, minyak tanah, minyak kelapa, di wilayah Madiun sempat mengalami penurunan jika dibandingkan harga-harga kebutuhan pokok di berbagai kota seperti Surabaya, Malang, Bojonegoro, dan Kediri. Penurunan harga ini terjadi karena sedikitnya peradaran uang akibat percetakan yang dikuasai pemberontak ketika terjadinya pemberontakan. Wilayah Madiun yang sebagian besar merupakan wilayah pertanian, namun akibat adanya gangguan keamanan serta operasi-operasi yang dilancarkan pemerintah RI untuk membersihkan Madiun dari PKI, membuat para petani takut hingga tidak mau menjual hasil pertaniannya ke kota lain dan hanya digunakan untuk konsumsi sendiri atau dijual di dalam wilayah Madiun.
Amerika Serikat tertarik untuk membantu dan membela Indonesia , karena pihak Republik bertindak tegas terhadap pemberontakan PKI . Saat itu Amerika takut pengaruh Uni Soviet akan berkembang di Indonesia.






Sumber:
Gie, Soe Hok. 1997. Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan Kisah Pemberontakan Madiun September 1948. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Warman Adam,  Asvi.  2012. Madiun 1948: PKI bergerak. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Ramelan. 1952. Perdjuangan Republik Indonesia dalam karikatur. Djakarta: Tintamas.
Soetanto, Himawan. 2006. Madiun dari Republik ke Republik: Aspek militer pemberontakan PKI di Madiun 1948. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.

Adams, Cindy. 2007. Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat. Jakarta: Media Pressindo
Anderson, David Charles. 2008. Kudeta Madiun 1948: Kudeta atau Konflik Internal Tentara. Jakarta: Buku Kita.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Seramb